Kita mengenal istilah empat sehat lima sempurna. Sebuah cara makan
seimbang yang disempurnakan dengan minum susu. Bagi kebanyakan orang,
susu adalah menu tambahan atau selingan. Namun, bagi Holly Lindley (9),
minum susu adalah satu keharusan jika dia ingin hidup.
Holly menderita kelainan metabolisme yang disebut glycogen storage disease (GSD). Dunia kedokteran mengenal 11 jenis GSD. Namun yang diderita Holly adalah tubuhnya tak bisa mengolah glukosa menjadi energi seperti manusia lainnya.
Alhasil, dia harus mengonsumi gula dalam bentuk yang lebih sederhana. Untuk memenuhi kebutuhannya, dia harus minum sekitar enam gelas besar susu sehari atau sekitar tiga liter susu. Tak hanya itu, di tiap satu liter susu harus dibubuhi lima sendok makan bubuk jagung.
"Akan lebih mudah jika Holly sekadar minum minuman manis, tetapi dia tidak suka itu. Jadi, terpaksa kami harus sediakan susu dalam jumlah banyak di rumah," kata sang ibu, Karen Lindley.
"Kami harus memastikan dia meminum susunya karena terkadang dia merasa bosan. Saya selalu katakan ini untuk kebaikannya," papar Karen.
Sejauh ini, Karen sudah menghabiskan biaya 2.000 poundsterling atau sekitar Rp 30 juta untuk pengobatan putrinya itu.
Holly kali pertama didiagnosis menderita kelainan ini saat berusia dua tahun. Dia tiba-tiba pingsan di kediamannya di Doncaster, Inggris.
Dokter di rumah sakit mengatakan, level darahnya menurun drastis, mengakibatkan para dokter yakin bahwa Holly mengalami sebuah kelainan langka yang hanya terjadi pada satu dari setiap tiga juta orang.
Sejak saat itu, level energi Holly harus terus dipantau. Pada saat tidur, Karen harus membangunkannya hanya untuk menyuruhnya minum susu.
"Jika saya tak memberinya susu atau makanan manis lain di malam hari, maka energinya akan menurun saat dia tidur. Dia tidur sekitar 11 jam setiap malam," papar Karen.
"Selama empat tahun sejak kami mengetahui kelainannya, situasinya sangat berat bagi kami. Namun, kini kami sudah terbiasa dan bisa mengendalikannya," tambah ibunya.
Holly yang tinggal bersama ibu, ayak tirinya, dan dua kakak laki-lakinya, berusaha hidup normal di tengah keunikan dirinya.
"Dia kini sudah lebih besar dan sudah mulai mengerti bahwa dia harus tetap minum susu agar tetap hidup. Kini dia tak lagi malu dengan kondisinya," ujar Karen bahagia.
Sebagai tambahan susu dan bubuk jagung, yang oleh kawan-kawannya disebut "Susu Spesial Holly", sepanjang hari gadis cilik ini harus secara teratur mengunyah cokelat dan makanan manis lainnya.
"Saya yakin dia adalah satu-satunya gadis di sekolah yang membawa dua batang cokelat di kotak makan siangnya," ujar Karen.
Holly menderita kelainan metabolisme yang disebut glycogen storage disease (GSD). Dunia kedokteran mengenal 11 jenis GSD. Namun yang diderita Holly adalah tubuhnya tak bisa mengolah glukosa menjadi energi seperti manusia lainnya.
Alhasil, dia harus mengonsumi gula dalam bentuk yang lebih sederhana. Untuk memenuhi kebutuhannya, dia harus minum sekitar enam gelas besar susu sehari atau sekitar tiga liter susu. Tak hanya itu, di tiap satu liter susu harus dibubuhi lima sendok makan bubuk jagung.
"Akan lebih mudah jika Holly sekadar minum minuman manis, tetapi dia tidak suka itu. Jadi, terpaksa kami harus sediakan susu dalam jumlah banyak di rumah," kata sang ibu, Karen Lindley.
"Kami harus memastikan dia meminum susunya karena terkadang dia merasa bosan. Saya selalu katakan ini untuk kebaikannya," papar Karen.
Sejauh ini, Karen sudah menghabiskan biaya 2.000 poundsterling atau sekitar Rp 30 juta untuk pengobatan putrinya itu.
Holly kali pertama didiagnosis menderita kelainan ini saat berusia dua tahun. Dia tiba-tiba pingsan di kediamannya di Doncaster, Inggris.
Dokter di rumah sakit mengatakan, level darahnya menurun drastis, mengakibatkan para dokter yakin bahwa Holly mengalami sebuah kelainan langka yang hanya terjadi pada satu dari setiap tiga juta orang.
Sejak saat itu, level energi Holly harus terus dipantau. Pada saat tidur, Karen harus membangunkannya hanya untuk menyuruhnya minum susu.
"Jika saya tak memberinya susu atau makanan manis lain di malam hari, maka energinya akan menurun saat dia tidur. Dia tidur sekitar 11 jam setiap malam," papar Karen.
"Selama empat tahun sejak kami mengetahui kelainannya, situasinya sangat berat bagi kami. Namun, kini kami sudah terbiasa dan bisa mengendalikannya," tambah ibunya.
Holly yang tinggal bersama ibu, ayak tirinya, dan dua kakak laki-lakinya, berusaha hidup normal di tengah keunikan dirinya.
"Dia kini sudah lebih besar dan sudah mulai mengerti bahwa dia harus tetap minum susu agar tetap hidup. Kini dia tak lagi malu dengan kondisinya," ujar Karen bahagia.
Sebagai tambahan susu dan bubuk jagung, yang oleh kawan-kawannya disebut "Susu Spesial Holly", sepanjang hari gadis cilik ini harus secara teratur mengunyah cokelat dan makanan manis lainnya.
"Saya yakin dia adalah satu-satunya gadis di sekolah yang membawa dua batang cokelat di kotak makan siangnya," ujar Karen.
0 comments:
Posting Komentar