Salah satu benda cagar budaya di Papua, Kapak Batu, terancam punah. Pasalnya, banyak warga yang menghancurkan benda tersebut untuk dijadikan batu akik.
“Demam batu akik yang melanda Kabupaten Jayapura dan sekitarnya telah menggerakan perekonomian warga, juga telah meningkatkan nilai batu lokal,” kata staf peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura, Hari Suroto, di Jayapura, Papua, seperti yang dikutip dari metrotvnews.com.
Menurut dia, demam batu akik di Jayapura di sekitarnya sudah mengkhawatirkan. Warga seolah mengenyampingkan nilai sejarah batu tersebut. Warga memotong kecil-kecil kapak batu, lalu dijual sebagai bahan untuk batu akik.
“Pemotongan kapak batu menjadi batu akik marak terjadi di Sentani,” terangnya.
Penjualan batu akik dari potongan kapak batu itu dapat terlihat di jalan masuk ke arah Bandara Sentani. Batu ini juga dapat dijumpai di sentra-sentra penjualan batu akik yang ada di Jayapura.
“Hal ini jika dibiarkan terus menerus, dikhawatirkan kapak batu akan punah,” terang Hari.
Suroto menjelaskan kapak batu merupakan peninggalan nenek moyang yang banyak dimiliki orang Sentani. Benda itu masih dipergunakan sebagai mas kawin dalam acara adat.
“Kapak batu terbuat dari batu yang berasal dari Gunung Cyclops berwarna hijau. Jenis batu ini banyak diminati oleh konsumen batu akik,” kata dia.
Alumnus Universitas Udayana Bali itu mengemukakan perlu kerja sama berbagai pihak agar keberadaan kapak batu tetap terjaga. Salah satunya, dibuat peraturan daerah yang melarang kapak batu dijadikan batu akik.
“Selain itu, perlu sosialisasi Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya,” ujar dia.
0 comments:
Posting Komentar