INILAH.COM, Jakarta – Gempa 7,2 SR baru saja menghantam Aceh dan menimbulkan peringatan tsunami. Namun gempa sangat dahsyat diperkirakan bukan di Aceh, tapi jauh di ujung timur Indonesia, Papua.
Kepala Bidang Pengamatan Pergerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Badan Geologi Bandung I Gde Suantika mengatakan dari sisi statistik, kemungkinan terjadinya gempa paling kuat justru ada Irian Jaya. Hal itu karena seismisitasnya cukup sering dan lebih dangkal dibandingkan Aceh.
“Aceh mengapa bisa menjadi juara pada 2004 karena tidak pernah muncul dan tidak ada catatan gempa sebelum 2004, nah jika berakumulasi, Irian Jaya pun saat ini potensinya sama dengan Aceh,” ujar Gde saat dihubungi dari Jakarta, kemarin.
Ia menjelaskan ada teori seismik jet yang menerangkan tentang gempa super besar atau the big one. Teori itu menyangkut sebuah area zona gempa misalnya Sumatera, yang bertahun-tahun tidak pernah ada gempa padahal merupakan pertemuan lempeng.
Menurut teori itu, yang berbahaya adalah daerah yang tidak pernah terjadi gempa. Jika suatu daerah merupakan seismik jet, tetapi ‘diam’ maka potensi the big one bisa muncul secara tiba-tiba.
“Seandainya di wilayah seismik jet ini sudah timbul gempa kecil dengan energi yang juga kecil dengan angka 5 atau 6 skala richter, maka hal tersebut yang menyebabkan tidak akan terjadi gempa besar,” jelasnya.
Gempa ‘the big one’ menurut teori seismik jet bisa terjadi secara periodik di suatu wilayah tertentu. Mungkin suatu wilayah yang pernah mengalami gempa, terjadi kembali karena faktor jenjang jajaran dan arahnya dalam beberapa tahun menurut pola seperti deret.
“Jadi prinsipnya di daerah Mentawai, yakni dari Aceh hingga Lampung telah dibagi segmen sehingga bisa dihitung deret waktunya per segmen, patut dicurigai segmen yang belum muncul gempa kecil sama sekali,” ujar Gde.
Ia menambahkan segmen tersebut diawasi oleh para ahli seismologi. Jika sebuah wilayah memang dicurigai akan terjadi gempa besar, harus dipantau terus menerus energinya baik yang masih tersimpan maupun yang sudah keluar.
“Wilayah Indonesia yang potensial selain pantai barat Sumatera adalah utara Papua, pulau Seram, antara pulau Sulawesi dan Halmahera, Flores, dan antara pulau Sumba. Wilayah Indonesia yang tidak dilewati jalur gempa memang hanya Kalimantan,” ujar Gde.
Kepala Bidang Informasi Dini Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Jaya Murjaya mengatakan potensi gempa di wilayah barat dan timur Indonesia tidak bisa dibandingkan karena sangat kompleks dan butuh penelitian khusus dengan melihat sejarah gempa di masing-masing daerah.
Ia juga menilai sulit menentukan gempa the big one karena wilayah Indonesia yang luas. Banyak ahli baik dari barat maupun Indonesia yang mengetahui gempa the big one, tetapi sulit memastikan titik pertemuan tiga lempeng tektonik tersebut yang sangat berpotensi menimbulkan gempa besar.
“Tolong diperhitung energi yang pernah dilepas oleh suatu wilayah dalam setiap peristiwa gempa. Tidak bisa disamaratakan meskipun Aceh pernah gempa sangat besar dan mengakibatkan tsunami, bisa saja daerah lainnya di Indonesia karena di sepanjang wilayah Indonesia merupakan pertemuan tiga lempeng,” ujarnya.
“Jika Papua lebih banyak menyimpan potensi gempa tidak juga, karena Sumatera dan Jawa pun sama banyaknya,” tambahnya. Ia menjelaskan lepas pantai barat Sumatera memang daerah gempa, jadi tidak aneh jika sering terjadi gempa 5 atau 6 skala richter. Hal itu karena daerah tersebut merupakan area subduksi, sehingga tidak ada hal yang istimewa.
Meskipun terjadi berkali-kali gempa di wilayah tersebut energinya tidak habis-habis. Hal itu karena wilayah tersebut memang area subduksi, di mana patahannya saling menyusup satu sama lain.
Secara teori energinya terakumulasi kemudian lepas, dan terus berulang seperti itu. “Bukan hanya pantai barat Sumatera, tetapi sisi selatan pulau Jawa pun ada, pantai timur dan utara Papua juga ada,” tambah Jaya. [ito/mdr]
Kepala Bidang Pengamatan Pergerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Badan Geologi Bandung I Gde Suantika mengatakan dari sisi statistik, kemungkinan terjadinya gempa paling kuat justru ada Irian Jaya. Hal itu karena seismisitasnya cukup sering dan lebih dangkal dibandingkan Aceh.
“Aceh mengapa bisa menjadi juara pada 2004 karena tidak pernah muncul dan tidak ada catatan gempa sebelum 2004, nah jika berakumulasi, Irian Jaya pun saat ini potensinya sama dengan Aceh,” ujar Gde saat dihubungi dari Jakarta, kemarin.
Ia menjelaskan ada teori seismik jet yang menerangkan tentang gempa super besar atau the big one. Teori itu menyangkut sebuah area zona gempa misalnya Sumatera, yang bertahun-tahun tidak pernah ada gempa padahal merupakan pertemuan lempeng.
Menurut teori itu, yang berbahaya adalah daerah yang tidak pernah terjadi gempa. Jika suatu daerah merupakan seismik jet, tetapi ‘diam’ maka potensi the big one bisa muncul secara tiba-tiba.
“Seandainya di wilayah seismik jet ini sudah timbul gempa kecil dengan energi yang juga kecil dengan angka 5 atau 6 skala richter, maka hal tersebut yang menyebabkan tidak akan terjadi gempa besar,” jelasnya.
Gempa ‘the big one’ menurut teori seismik jet bisa terjadi secara periodik di suatu wilayah tertentu. Mungkin suatu wilayah yang pernah mengalami gempa, terjadi kembali karena faktor jenjang jajaran dan arahnya dalam beberapa tahun menurut pola seperti deret.
“Jadi prinsipnya di daerah Mentawai, yakni dari Aceh hingga Lampung telah dibagi segmen sehingga bisa dihitung deret waktunya per segmen, patut dicurigai segmen yang belum muncul gempa kecil sama sekali,” ujar Gde.
Ia menambahkan segmen tersebut diawasi oleh para ahli seismologi. Jika sebuah wilayah memang dicurigai akan terjadi gempa besar, harus dipantau terus menerus energinya baik yang masih tersimpan maupun yang sudah keluar.
“Wilayah Indonesia yang potensial selain pantai barat Sumatera adalah utara Papua, pulau Seram, antara pulau Sulawesi dan Halmahera, Flores, dan antara pulau Sumba. Wilayah Indonesia yang tidak dilewati jalur gempa memang hanya Kalimantan,” ujar Gde.
Kepala Bidang Informasi Dini Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Jaya Murjaya mengatakan potensi gempa di wilayah barat dan timur Indonesia tidak bisa dibandingkan karena sangat kompleks dan butuh penelitian khusus dengan melihat sejarah gempa di masing-masing daerah.
Ia juga menilai sulit menentukan gempa the big one karena wilayah Indonesia yang luas. Banyak ahli baik dari barat maupun Indonesia yang mengetahui gempa the big one, tetapi sulit memastikan titik pertemuan tiga lempeng tektonik tersebut yang sangat berpotensi menimbulkan gempa besar.
“Tolong diperhitung energi yang pernah dilepas oleh suatu wilayah dalam setiap peristiwa gempa. Tidak bisa disamaratakan meskipun Aceh pernah gempa sangat besar dan mengakibatkan tsunami, bisa saja daerah lainnya di Indonesia karena di sepanjang wilayah Indonesia merupakan pertemuan tiga lempeng,” ujarnya.
“Jika Papua lebih banyak menyimpan potensi gempa tidak juga, karena Sumatera dan Jawa pun sama banyaknya,” tambahnya. Ia menjelaskan lepas pantai barat Sumatera memang daerah gempa, jadi tidak aneh jika sering terjadi gempa 5 atau 6 skala richter. Hal itu karena daerah tersebut merupakan area subduksi, sehingga tidak ada hal yang istimewa.
Meskipun terjadi berkali-kali gempa di wilayah tersebut energinya tidak habis-habis. Hal itu karena wilayah tersebut memang area subduksi, di mana patahannya saling menyusup satu sama lain.
Secara teori energinya terakumulasi kemudian lepas, dan terus berulang seperti itu. “Bukan hanya pantai barat Sumatera, tetapi sisi selatan pulau Jawa pun ada, pantai timur dan utara Papua juga ada,” tambah Jaya. [ito/mdr]
0 comments:
Posting Komentar